Assalamualaikum rekan berbahasa! Pada kesempatan kali ini admin akan membahas tentang Analisis Sosiologis Cerpen BAGINDA RATU Karya AA Navis. Dalam artikel kali ini ada beberapa hal yang akan dibahas secara mendalam yaitu, Penentuan Latar Cerpen, Penentuan Peran dan Hubungan Antar Peran, Permasalahan Cerpen Secara Normatif, Permasalahan Cerpen Secara Fiktif, Permasalahan Cerpen Secara Objektif, dan Interpretasi Data. Langsung saja simak bahasan di bawah ini! Selamat membaca!
PENENTUAN LATAR
Cerpen BAGINDA RATU mengungkapkan kehidupan masyarakat di sebuah daerah di Minangkabau pada tahun 90 an. Ada beberapa petunjuk dari data-data struktur cerpen ini tentang hal itu, seperti kutipan berikut.
“Disetrika licin oleh dobi”.
“Jadi tidak ada orang yang pintar di sana?” tanyaku cepat. Sebab setahuku ada dua orang jagoan bilyar yang sering main di sosietet itu.
“Baginda Ratu juga bermain tenis. Dan klub yang dimasukinya bukanlah tempat orang melatih diri supaya jadi jagoan.
“Buat apa jadi juara? Kalau sport, ya, sport. Sport bukan untuk mengalahkan orang. Sport bukan untuk cari nama atau uang. Mensana incorpore sano.”
Kata-kata yang menunjukkan penentuan latar pada cerpen ini adalah dobi. Istilah dobi itu dipakai pada tahun 90 an dan sekarang diganti dengan kata pembantu.
Permasalahan masyarakat Minangkabau ini dibatasi pengarang terhadap masyarakat Minangkabau pada sebuah kota. Indikasi itu terlihat dengan pengambilan latar kota tempat tokoh Baginda Ratu tinggal, yang merupakan kota . Namun demikian, bukan berarti latar cerpen tersebut hanya di kota tempat tokoh Baginda Ratu tinggal tetapi juga terlihat pengambilan latar pada daerah Batusanngkar.
Melalui latar tempat dan waktu dalam cerpen ini dapat disimpulkan untuk sementara bahwa cerpen “Baginda Ratu” berbicara tentang kesalahah pahaman antara tokoh Baginda Ratu dengan tokoh Aku. Perilaku tokoh cerpen dan kaitannya dengan data-data realitas objektif harus diselidiki untuk mendapatkan data-data sebagai bukti selanjutnya.
PENENTUAN PERAN DAN HUBUNGAN ANTAR PERAN
Sosok pribadi dalam masyarakat Minangkabau tidak hanya memerankan satu peran dalam kehidupannya. Sosok pribadi itu selalu memerankan peran ganda, misalnya di samping peran sebagai pedagang bisa juga berperan sebagai anak, teman, anggota masyarakat, dan lain-lain. Karya sastra sebagai pencerminan tatanan kehidupan masyarakat, akan mengetengahkan berbagai peran yang diperankan tokoh cerita. Tidak ada dalam cerita fiksi seorang tokoh cerita hanya memerankan satu peran saja. Pengarang akan memberikan berbagai peran terhadap tokoh-tokoh ceritanya.
Dalam cerpen “Baginda Ratu”, seorang tokoh minimal memerankan dua peran. Tokoh baginda ratu, misalnya, memerankan orang terpandang, tuan rumah dan teman. Tokoh Aku, misalnya, memerankan peran teman, tamu dan perantau. Tokoh lainnya seperti tokoh Mr. Zainul memerankan peran seorang suami, ayah dan teman. Kemudian tokoh sekretaris gubenur, memerankan peran seorang sekretaris dan teman.
Dengan demikian, sebuah peran dapat saja diperankan oleh beberapa tokoh sekaligus. Dalam hal penyelidikan permasalahan haruslah dilihat dari sudut peran dan bukan dari sudut tokoh. Permasalahan akan terlihat jika peran yang satu dihubungkan dengan peran yang lain. Beberapa peran yang diperankan tokoh-tokoh cerita tersebut dapat dihubungkan atau dikelompokkan menjadi (a) tuan rumah dengan tamu, (b) teman dan teman, dan (c) suami, istri dan anak.
Pengelompokan hubungan peran-peran tersebut sekaligus dapat dipandang sebagai topik-topik yang dibicarakan pengarang dalam karyanya. Topik-topik ini membantu peneliti untuk menelusuri lebih jauh permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam karya sastra. Berdasarkan data-data hubungan peran di atas, setidaknya sudah ada tiga kandidat permasalahan yang disinggung pengarang dalam karyanya, tiga kandidat permasalahan itu dapat dirumuskan melalui konflik-konflik tokoh yang memerankannya. Jika terdapat peran yang tidak didukung oleh konflik, maka hubungan peran itu tidak dapat dilanjutkan sebagai penanda adanya permasalahan.
Sebagai contoh adalah topik (c) suami, istri, dan anak yang tidak terdapat konflik antara kedua peran itu. Tidak ada konflik Mr. Zainul dengan istrinya. Begitu pula terhadap Mr. Zainul yang tidak memiliki konflik dengan ananknya. Tidak dapat dilanjutkan sebagai penyumbang permasalahan sebab topik-topik tersebut tidak didukung oleh konflik tokoh yang mendukung peran. Namun demikian, topik-topik tersebut masih berguna dalam menunjang penyelidikan. Topik-topik tersebut dapat dipandang sebagai latar tokoh atau pendukung peran. Konflik batin hanya muncul pada tokoh aku dan baginda ratu. Konflik batin aku itu dapat dipandang dalam posisinya sebagai seorang teman dan seorang perantau yang berasal dari desa.
Topik tuan rumah dan tamu ( topik a) didukung oleh beberapa tokoh, seperti tokoh baginda ratu sebagai tuan rumah dan tokoh aku sebagai tamu.
Topik teman dengan teman (topik b) didukung oleh beberapa tokoh, seperti tokoh baginda ratu sebagai seorang yang terpandang di kotanya; tokoh aku sebagai seorang teman baginda ratu; tokoh Mr. Zainul sebagai teman baginda ratu; tokoh sekretaris gubenur sebagai teman baginda ratu.
Topik suami, istri, dan anak (topik b) didukung oleh beberapa tokoh, seperti tokoh Mr. Zainul sebagai suami dan ayah; tokoh aku sebagai istri Mr. Zainul dan ibu.
Dari dua topik yang di atas, ternyata topik tuan rumah dan tamu (topik a) yang didukung banyak tokoh. Dengan demikian pada topik hubungan antara tuan rumah dan tamu inilah terletak permasalahan penunjang, persentuhan tokoh-tokoh cerpen ini harus ditempatkan sebagai pendukung permasalahan hubungan tuan rumah dan tamu.
PERMASALAHAN CERPEN SECARA NORMATIF
Dalam sistem sosial budaya masyarakat, tuan rumah adalah orang yang empunya rumah atau orang yang mengadakan perjamuan dan menerima tamu, sedangkan tamu adalah orang yang datang berkunjung (melawat dan sebagainya) ke tempat orang lain atau orang yang datang untuk menginap. Hubungan antara tuan rumah dengan tamu ditentukan oleh perilaku tuan rumah terhadap tamu dan perilaku tamu itu sendiri. Tuan rumah berperan sebagai orang yang punya rumah, sedangkan tamu adalah orang yang berkunjung atau menginap.
Antara tuan rumah dan tamu terdapat hubungan yang harmonis. Seorang tamu harus dijadikan raja oleh tuan rumahnya, seperti pepatah “Tamu adalah Raja”. Namun ada kemungkinan tuan rumah yang tidak memperlakuan tamunya dengan baik, atau tamu yang tidak berperilaku baik kepada tuan rumahnya. Sebagai seorang tamu ia harus menghormati, menghargai, dan menjaga perilaku terhadap tuan rumahnya. Begitupun tuan rumahnya harus menghormati, menghargai, dan berperilaku baik kepada tamunya. Seorang tamu yang menginap dirumah tuan rumah harus membantu tuan rumanya. Sudah lazim seorang tuan rumah dan tamu harus saling tolong menolong dan menghargai agar tercipta hubungan yang harmonis.
Demikianlah pengaturan hubungan antara tuan rumah dan tamu menurut sistem sosial di Minangkabau. Antara tuan rumah dan tamu memiliki hubungan yang harmonis, tanpa harus merusak hubungan antara silahturahmi antara tuan rumah dan tamu.
PERMASALAHAN CERPEN SECARA FIKTIF
Di dalam cerpen Baginda Ratu ini terdapat permasalahan yang muncul dominan yaitu permasalahan antara tuan rumah dan tamu. Lihat kutipan berikut.
“ Ei, kau ada teman, Baginda?” tanya sekretaris itu ketika melihat aku.
“Ya, ia tinggal di rumah,” jawab Baginda Ratu tanpa memandang kepadaku sampai ia memasuki mobil itu.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh aku tinggal bersama di rumah Baginda Raja.
“Kami sebentar saja, Bung,” kata sekretaris itu kepadaku. “Kami melihat kuda pacuku yang sakit. Sebentar saja. Barang sejam paling lama.”
“Dan starter berbunyi. Asap gas pun keluar dari knalpot di belakang. Kini asap itu yang mencibirku, aku rasa. Semenjak itu aku tak peduli lagi dengan Baginda Ratu. Apa ia mau mengadakan pameran apa tidak, aku tidak peduli. Dan menang pameran itu belum juga jadi-jadinya hingga kini. Juga aku tidak peduli tentang cerita-cerita orang, kenapa ia suka ke sositet, kenapa selalu hadir pada setiap resepsi orang-orang termuka. Aku tak peduli.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Baginda Raja yang angkuh terhadap tokoh aku, yang berbicara dengan sekretaris tentang si aku tanpa memandang si aku yang ada di dekatnya. Seolah-olah tidak mengenal tokoh aku tersebut.
Perhatikan juga kutipan, berikut ini.
“ juga aku tak hendak pedulikan dia ketika aku ketemu dia pada suatu senja. Tapi aku orang Timur. Orang Timur menurut petuah ahli-ahli zaman sekarang, meski baik budi".
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa tokoh aku tidak lagi memperdulikan tokoh Baginda Raja, karena dirinya merasa diacuhkan oleh baginda raja yang seolah-olah tidak mengenalnya.
Dari gambaran beberapa kutipan cerpen di atas, terlihat bahwa antara tuan rumah dan tamu tidak harmonis, tuan rumah yang angkuh ketika sekretaris bertanya tentang tokoh aku tanpa melihat tokoh aku yang ada didekatnya. Ketidakharmonisan itu tidak hanya berlangsung di sebuah kota, tetapi hubungan tuan rumah dan tamu melalui tokoh baginda raja dan tokoh aku yang sudah lagi harmonis ketika baginda ratu yang angkuh seolah-olah tidak mengenal tokoh aku ketika bersama temanya.
Dengan demikian ada satu tipe hubungan tuan rumah dan tamu dalam cerpen “Baginda Ratu”, yakni hubungan yang tidak harmonis.
PERMASALAHAN CERPEN SECARA OBJEKTIF
Untuk mendapatkan data-data objektif perlu dilakukan observasi lapangan dan menggali dari beberapa sumber terhadap perilaku dan kebiasaan masyarakat Minangkabau. Pada masa sekarang ini kebanyakan tuan rumah yang ada di dalam masyarakat Minangkabau kurang menunjukkan sikap menghormati, menghargai, dan saling tolong-menolong terhadap tamunya. Para tuan rumah hanya menunjukkan sikap tersebut apabila seorang tamu hanya menginap satu hari atau dua hari, jika lebih dari itu tuan rumah akan merasa bosan terhadap tamunya. Jarang tuan rumah yang senang jika tamu menginap lebih dari dua hari, sehingga terdapat hubungan yang kurang harmonis antara tuan rumah dan juga tamu pada masa sekarang ini. Namun, para tuan rumah Minangkabau kebanyakan menunjukkan sikap angkuh terhadap tamunya jika kedatangan seseorang yang penting datang ke rumahnya.
Watak angkuh itulah yang membuat tuan rumah tersebut tidak berhubungan harmonis dengan tamunya. Seperti dipaparkan dalam cerpen tersebut yang berjudul Baginda Ratu, di situ terdapat tuan rumah dan tamu yang tidak harmonis lagi karena sikap angkuh tuan rumah terhadap tamunya yang menginap dirumahnya. Akan tetapi, pada masa sekarang ini masyarakat Minangkabau akan menghargai, menghormati, dan saling tolong menolong terhadap tamunya, jika seorang tamu tidak terlalu lama menginap di rumah tuan rumah.
Data-data tersebut didapatkan dari hasil observasi dalam kehidupan sosial masyarakat di Minangkabau. Hal tersebut terjadi di masyarakat saat ini dimana masyarakat Minangkabau yang menerima tamu tidak lebih dari dua atau tiga hari, selebihnya tuan rumah akan merasa tidak suka terhadap tamunya. Seakan-akan tamu adalah beban bagi tuan rumah. Penyebab terpurtusnya hubungan tuan rumah dan tamu ada tiga bentuk, yaitu: tuan rumah yang tidak memperhatikan tamu dengan semestinya, tuan rumah yang tidak menghargai tamunya, dan den menyangkut sikap tamu yang kurang baik terhadap tuan rumanya. Dan penyebab utuhnya hubungan tuan rumah dengan tamunya adalah tuan rumah dan tamu harus bersikap baik, saling tolong menolong, dan sopan terhadap tuan rumah.
INTERPRETASI DATA
Sebuah karya sastra dapat dipandang sebagai jembatan dunia normatif dengan dunia objektif. Karya sastra harus menggambarkan idealisme masyarakat, sekaligus menggambarkan idealisme masyarakatnya, sekaligus mengungkapkan gambaran realitas sosial masyakatnya. Cerpen “Baginda Ratu” ditinjau dari kaca mata ini, memenuhi kriteria itu. Idealisme masyarakat Minangkabau tentang hubungan tuan rumah dan tamu harus berlangsung secara harmonis, dan keseimbangan tugas dan tanggung jawab, keseimbangan antara hak dan kewajiban antara tuan rumah dan tamu. Keharmonisan antara tuan rumah dan tamunya dalam cerpen ini, tidaklah mendominasi pencitraan. Dominasi pencitraan menyangkut ketidakharmonisan hubungan antara tuan rumah dan tamu melalui tokoh Baginda Ratu dan tokoh aku. Ketidakharmonisan hubungan itu berkaitan dengan realitas objektif. Hanya beberapa masyarakat Minangkabau yang memiliki keharmonisan antara tuan rumah dan tamunya.
Cerpen “Baginda Ratu” ini berhubungan dengan dunia idealisme masyarakat Minangkabau. Tuan rumah harus menghargai dan mengormati tamunya, begitupun sebaliknya. Ukuran normatif ini terlihat di kota. Baginda Ratu , terlihat bahwa antara tuan rumah dan tamu tidak harmonis, tuan rumah yang angkuh ketika sekretaris bertanya tentang tokoh aku tanpa melihat tokoh aku yang ada didekatnya. Ketidakharmonisan itu tidak hanya berlangsung di sebuah kota, tetapi hubungan tuan rumah dan tamu melalui tokoh baginda raja dan tokoh aku yang sudah lagi harmonis ketika baginda ratu yang angkuh seolah-olah tidak mengenal tokoh aku ketika bersama temanya.
SIMPULAN
Berdasarkan data-data yang dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kerelevanan antara cerpen yang berjudul Baginda Ratu dengan realitas social budaya Minangkabau pada masanya sangatlah tinggi bahkan seratus persen relevan. Kesimpulan ini mengarahkan rekomendasi penilaian bahwa cerpen “Baginda Ratu” merupakan cerpen yang berhasil mengungkapkan realitas sosial masyarakat Minangkabau saat ini. Dalam hal ini A.A Navis sebagai pengarang yang lahir, dibesarkan dan hidupan dalam masyarakat Minangkabau, telah mengemukakan realitas objektif yang menjadi bagian dari dilema masyarakat Minangkabau.
Sebagai pencatat fenomena masyarakat yang telah, sedang atau akan terjadi cerpen “Baginda Ratu” merupakan pembenaran dari konsepsi Hoggart tentang keharusan sastra untuk mengemukakan nilai-nilai yang diinginkan. Dalam hal ini A.A Navis mengungkapkan dalam bentuk realitas, yaitu ia mengemukakan kejadian yang sedang menimpa kultur budaya Minangkabau.
Baik atau buruknya sebuah karya sastra ditentukan langsung dalam hubungannya terhadap kondisi sosial masyarakat, baik dilihat secara individu maupun secara bermasyarakat, Hoggart (dalam Asri,2012). Kalau hanya ini yang dijadikan indikator tolak ukur untuk penilaian karya sastra, maka hasil kajian ini membuktikan bahwa A.A Navis berhasil mengetengahkan sebuah karya sastra yang bermutu. Alasannya jelas karena cerpen ini berkaitan erat dengan kondisi realitas masyarakat Minangkabau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar