Minggu, 24 Juni 2018

Analisis Sosiologis Cerpen MAN RABUKA (Karya AA Navis)

Assalamualaikum rekan berbahasa! Pada kesempatan kali ini admin akan membahas tentang Analisis Sosiologis Cerpen Man Rabuka  Karya AA Navis. Dalam artikel kali ini ada beberapa hal yang akan dibahas secara mendalam yaitu, Penentuan Latar Cerpen, Penentuan Peran dan Hubungan Antar Peran, Permasalahan Cerpen Secara Normatif, Permasalahan Cerpen Secara Fiktif, Permasalahan Cerpen Secara Objektif, dan Interpretasi Data. Langsung saja simak bahasan di bawah ini! Selamat membaca!

www.bahasbahasaa.blogspot.com


PENENTUAN LATAR 

Cerpen Man Rabuka  karya AA Navis mengungkapkan kehidupan masyarakat Minangkabau pada dekade 50-an. Beberapa petunjuk dapat dilihat dari data-data yang ada di dalam cerpen, seperti kutipan di bawah ini.

‘’Dan begitu kagum serta memuji-muji kepahlawanan adikku di zaman revolusi dulu, sampai ia dapat ditangkap musuh”
“Kalau lah tidak karena ia, hancurlah negeri ini digasak musuh”
“Dan Atik Peto satu-satunya tukang batu yang pandai di kampungku”.


Kata kata yang menunjukkan indikasi dekade pada tahun 50-an itu adalah di zaman revolusi dulu, dan tukang batu. Kata di zaman revolusi dulu itu menunjukkan bahwa masa revolusi telah berlalu dan latar pada cerita yang digunakan oleh penulis adalah beberapa tahun setelah masa revolusi berakhir. Pada kata tukang batu juga menunjukkan indikasi dekade 50-an karena pada zaman itu orang-orang yang pandai memperbaiki pusara yang telah rusak disebut dengan tukang batu, sedangkan zaman 80-an hingga sekarang panggilan untuk tukang batu bagi orang yang pandai memperbaiki pusara tidak lagi digunakan. Panggilan tukang batu memang ditujukan kepada orang-orang yang bekerja sebagai tukang batu, biasanya ada di pabrik-pabrik industri seperti pabrik semen atau pabrik yang memerlukan tenaga seseorang untuk memecahkan batu sebagai bahan campuran untuk produknya.

Permasalahan masyarakat Minangkabau pada tahun 50-an ini juga dibatasi pengarang terhadap orang-orang yang merantau. Indikasinya dapat terlihat dengan pengambilan latar di desa atau di kampung sebagai tempat terjadinya peristiwa. Bagi orang-orang yang merantau apabila pulang ke kampungnya jika ia pergi dengan membawa nama baik maka ketika pulang ia akan disanjung. Begitu sebaliknya, jika pergi dengan membawa nama yang buruk maka ketika pulang ke kampung akan dipergunjingkan. Oleh sebab itu, permasalahan dalam cerpen ini dapat saja tentang nilai sosial budaya masyarakat Minangkabau yang dialami atau diamati pengarang.

Melalui latar tempat dan waktu dalam cerpen ini dapat disimpulkan untuk sementara bahwa cerpen Man Rabuka karya AA. Navis ini berbicara tentang nilai sosial budaya Minangkabau. Perilaku tokoh cerpen dan kaitannya dengan data-data realitas objektif harus diselidiki untuk mendapatkan data-data sebagai bukti selanjutnya.

PENENTUAN PERAN DAN HUBUNGAN ANTAR PERAN

Sosok pribadi dalam masyarakat Minangkabau tidak hanya memerankan satu peran dalam kehidupannya tetapi banyak peran. Bahkan, peran yang dimainkannya lebih dari dua peran. Misalnya, peran seorang pemimpin. Ia juga memainkan peran sebagai seorang suami, seorang ayah, dan jika ia masih melanjutkan studinya maka ia akan memainkan peran sebagai mahasiswa di dalam kehidupannya. Dapat dilihat dari contoh di atas bahwa pemimpin tersebut memainkan empat peran sekaligus di dalam kehidupannya. Karya sastra sebagai pencerminan kehidupan masyarakat akan mengetengahkan berbagai peran yang diperankan tokoh cerita. Semua karya fiksi seorang tokoh akan diberikan berbagai peran oleh pengarang.

Di dalam cerpen Man Rabuka, seorang tokoh memainkan peran minimal dua peran. Tokoh Aku misalnya memainkan peran sebagai warga kampung, orang perantau, anak, kakak, dan orang yang dicap sebagai pengkhianat. Tokoh Atik Peto juga sama dengan tokoh Aku yang memiliki peran ganda, yaitu sebagai warga kampung dan tukang batu. Tokoh Jamain memainkan peran sebagai saudara Jamalin, orang yang suka berbuat maksiat, ayah, anak, suami, pemimpin di kaumnya yang suka berbuat maksiat. Tokoh Jamalin memainkan peran sebagai saudara Jamain, pemimpin dalam kaumnya, orang yang berbuat kebaikan. Dengan demikian, sebuah peran dapat diperankan oleh beberapa tokoh sekaligus. Permasalahannya akan terlihat jika peran yang satu dihubungkan dengan peran yang lain.

Di dalam cerpen Man Rabuka ini tokoh nya tidak terlalu banyak memainkan peran. Paling sedikit peran yang dimainkan sebanyak tiga peran, yaitu pada tokoh Jamalin. Dengan sedikitnya peran yang dimainkan maka sedikit pula permasalahan yang dapat dirumuskan. Di dalam cerpen Man Rabuka hanya terdapat satu topik permasalahan yaitu antara majikan dan pembantu. Pada topik majikan dan pembantu didukung oleh beberapa tokoh, yaitu tokoh Aku dan tokoh Atik Peto. Sebenarnya pada permasalahan ini tidak tepat menggunakan istilah majikan dan pembantu karena Atik Peto bukanlah pekerja dirumah tokoh Aku yang bekerja setiap hari, tetapi Atik Peto hanya bekerja ketika Atik Peto diminta oleh tokoh Aku. Istilah yang lebih tepat adalah topik permasalahan antara bos dan anak buah. Tokoh Aku sebagai bos dan Atik Peto sebagai anak buah. Dengan topik di atas, langsung dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama di dalam cerpen Man Rabuka terletak pada hubungan bos dengan anak buah, yaitu antara tokoh Aku dan tokoh Atik Peto.

PERMASALAHAN CERPEN SECARA NORMATIF

Dalam sistem sosial Minangkabau, istilah bos dengan anak buah digunakan apabila sesorang menggunakan jasa untuk membantunya dalam mengerjakan sesuatu hal. Hubungan antara bos dengan anak buah ini tidak seperti hubungan mamak dengan kemenakan yang memang tercantum di dalam adat istiadat orang Minangkabau. Hubungan mamak dan kemenakan ini sudah diatur dan telah dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat Minangkabau. Hubungan antara bos dan anak buah ini tergantung kepada pribadi itu sendiri. Tidak diatur di dalam adat istiadat masyarakat Minangkabau. Sebagai contoh hubungan antara bos dengan anak buah ini dapat dilihat di dalam cerpen Man Rabuka karya AA. Navis ini seperti kutipan kalimat berikut.

“Lama-lama aku merasa segala puji dan sanjungan itu, seolah hendak menekankan kepadaku, betapa bedanya mereka dengan aku sendiri orang yang melupakan kampung dan bekerja sama musuh di kala revolusi dulu”.
“Atik Peto memandang kepadaku tepat-tepat. Lalu ia seperti mengejeki aku dengan senyumnya”.


Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa secara normatif hubungan antara bos dengan anak buah tidak begitu menyenangkan. Terdapat konflik antara bos dengan anak buah. Konfliknya tidak secara fisik melainkan secara batin. Tokoh Aku merasa tidak senang dengan ucapan dari Atik Peto. Tokoh Aku merasa seolah-olah Atik Peto menyindir dirinya melalui ucapannya kepada tokoh Aku. Seperti yang dikatakan tadi bahwa harmonis atau tidaknya hubungan antara bos dengan anak buah ini tergantung kepada pribadinya sendiri.

PERMASALAHAN CERPEN SECARA FIKTIF

Dalam cerpen Man Rabuka ini, tokoh lelaki yang berperan sebagai bos adalah tokoh Aku dan sebagai anak buah adala Atik Peto. Tokoh Aku merupakan seorang laki-laki yang berasal dari sebuah kampung dan pergi merantau. Setelah beberapa tahun ia pergi merantau dan meninggalkan kampung tersebut, ia kembali lagi ke kampung tersebut dengan tujuan untuk berziarah ke makam orang tua dan adiknya sekaligus untuk membersihkan makam nya yang telah rusak dimakan usia. Tumbuhan liar telah tumbuh di pusara ayah dan ibundanya. Untuk itulah ia memanggil Atik Peto, satu-satunya tukang batu di kampung itu. Ia meminta tolong kepada Atik Peto untuk memperbaiki pusara ayah dan ibundanya. Tokoh Aku dianggap sebagai pengkhianat sedangkan ayah, ibu, dan adiknya terkenal dengan kebaikannya. Seperti kutipan berikut ini.

“Malah aku jadi jengkel, arena ceritanya lagi-lagi mau mengejeki aku yang hidup berbeda dari kerabatku di kampung”.
“Ketika itu aku tak bisa lagi bicara, kawan. Selain dalam hatiku, bahwa adikku yang dikatakan orang pahlawan itu sampai-sampai ke kuburnya dilupakan orang juga, apalagi aku yang dikatakan pengkhianat?”.


Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahannya secara fiktif adalah terdapat hubungan yang tidak harmonis antara bos dengan anak buah dikarenakan ucapan dari anak buah yang tidak menyenangkan. Selain itu, permasalahannya juga terdapat di batin tokoh Aku yang selama ini dianggap sebagai pengkhianat dan ia takut bahwa ia juga akan dilupakan seperti adiknya yang dikenal sebagai pahlawan dilupakan oleh masyarakat apalagi dia dikenal sebagai pengkhianat.

PERMASALAHAN CERPEN SECARA OBJEKTIF

Untuk mendapatkan data yang objektif, perlu dilakukan observasi lapangan mengenai sosial budaya masyarakat Minangkabau. Namun, secara umum dapat diamati secara langsung dan bertanya langsung kepada orang yang pernah mengalami bahwa hubungan mengenai bos dengan anak buah ini banyak terjadi dikehidupan sehari-hari. Banyak juga hubungan antara bos dengan anak buah yang terjalin dengan baik dan harmonis dikarenakan pribadi mereka memang baik dan tidak ada unsur untuk menyakiti atau apapun, tetapi banyak juga yang hubungan nya tidak terjalin dengan harmonis atau kurang baik. Hubungan yang harmonis bukan berarti konflik secara fisik tetapi bisa juga konflik secara batin.

Faktor yang membuat hubungan yang terjalin tidak harmonis antara bos dengan anak buah adalah pada salah satu pihak terdapat perasaan yang memang tidak senang terhadap pihak yang lain. Oleh karena itu, setiap pihak yang lain tersebut berbicara atau bercerita, pihak yang satu akan merasa seolah-olah pihak yang lain tersebut menyindir atau mengejek dirinya. Padahal, belum tentu pihak yang lain memang bermaksud untuk menyindir dan mengejek pihak yang satu. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya ketidakharmonisan terhadap hubungan antara bos dengan anak buah. Di dalam kehidupan sehari-hari banyak yang akhirnya ketidakharmonisan ini berujung kepada kematian pada salah satu pihak karena perasaan yang tidak menyenangkan tadi, tetapi ada juga yang melupakan saja perasaan tidak menyenangkan tersebut.

Data-data di atas didapatkan dari hasil pengamatan langsung dan bertanya langsung kepada orang-orang yang pernah mengalami kejadian seperti yang ada di dalam cerpen Man Rabuka dan disesuaikan dengan kehidupan sosial bermasyarakat. Hubungan ini tanpa kita sadari banyak terjadi di lingkungan masyarakat kita sehari-hari. Bahkan, hubungan ini juga pernah terjadi pada diri sendiri tanpa kita sadari sedikitpun. Di kehidupan sosial masyarakat Minangkabau banyak lagi hubungan yang terjalin tetapi tidak harmonis seperti cerpen Man Rabuka karya AA. Navis ini.

INTERPRETASI DATA

Karya Sastra dapat dipandang sebagai jembatan antara dunia normatif dengan dunia objektif. Sebuah karya satra haruslah menggambarkan idealisme masyarakatnya dan menggambarkan realitas sosial masyarakatnya. Cerpen Man Rabuka karya AA. Navis ini memenuhi dua kriteria di atas. Idealisme hubungan antar bos dengan anak buah ini terjalin kurang harmonis. Hal ini disebabkan karena tokoh Aku yang pada mulanya dicap sebagai pengkhianat karena bekerja pada musuh, sedangkan ayah, ibu dan adiknya berjuang mati-matian untuk melawan musuh. Lalu, tokoh Aku kembali ke kampungnya untuk memperbaiki pandam pusara kedua orang tua dan adiknya Raman. Mulai dari sini lah terjadi ketidakharmonisan antara bos dengan anak buah ketika Atik Peto yang diminta untuk memperbaiki pandam pusara kedua orang tua dan adik tokoh Aku bercerita bagaimana kebaikan kedua orang tuanya dan kepahlawanan adiknya yang melawan musuh. Tokoh Aku merasa seolah-olah Atik Peto menyindir dan mengejek dirinya. Perasaan tidak senang ini ditambah dengan cara bicara, senyuman, tatapan yang diberikan Atik Peto kepada tokoh Aku. Tidak hanya itu, perasaan tidak menyenangkan ini juga ditambah ketika tokoh Aku dan Atik Peto telah sampai di pandam pusara kedua orang tuanya dan tokoh Aku meminta kepada Atik Peto untuk menunjukkan pandam pusara adiknya, Raman. Atik Peto menunjukkan pusara disebelah kedua orang tua tokoh Aku. Tenyata itu bukan pandam pusara adiknya tetapi orang lain. Tokoh Aku berkesimpulan adiknya yang disanjung-sanjung sebagai pahlawan itu saja dilupakan orang lain apalgi dia yang dianggap sebagai pengkhianat mungkin benar-benar dilupakan. Semuanya ini berhubungan dengan realitas sosial masyarakat di kehidupan sehari-hari. Banyak hubungan yang terjalin tidak harmonis di realitas sosial masyarakat terutama hubungan antara bos dengan anak buah ini.

Cerpen Man Rabuka karya AA. Navis ini juga berhubungan dengan dunia idealisme masyarakat Minangkabau. Tokoh Aku sebagai bos yang meminta bantuan Atik Peto untuk memperbaiki pandam pusara orang tua dan adiknya. Di sini Atik Peto sebagai anak buah dari tokoh Aku. Tokoh Aku yang merasa dirinya diejek dan disindir oleh Atik Peto hanya diam saja dan tidak menyakiti Atik Peto secara fisik. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai normatif di dalam masyarakat Minangkabau yang tidak menyakiti orang lain secara fisik walaupun dirinya merasa diejek tetapi tokoh Aku tidak membalaskan sakit hatinya kepada Atik Peto.

SIMPULAN

Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kerelevan antara cerpen Man Rabuka dengan realitas sosial budaya masyarakat Minangkabau tinggi, baik secara idealisme maupun secara realitas objektif. Simpulan ini mengarahkan kepada penilaian bahwa cerpen Man Rabuka merupakan cerpen yang berhasil menggambarkan realitas sosial masyarakat Minangkabau saat ini. Pengarang cerpen Man Rabuka yaitu AA. Navis ini adalah menunjukkan dan meyainkan bahwa cerita ini berkaitan atau berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Selain itu, kajian AA. Navis juga memperlihatkan bahwa permasalahan yang ada di kehidupan sosial masyarakat Minangkabau sehari-hari sesuai dengan cerpen Man Rabuka yang ditulisnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar