Minggu, 24 Juni 2018

Analisis Sosiologis Cerpen CINA BUTA (Karya AA Navis)


Assalamualaikum rekan berbahasa! Pada kesempatan kali ini admin akan membahas tentang Analisis Sosiologis Cerpen Cina Buta  Karya AA Navis. Dalam artikel kali ini ada beberapa hal yang akan dibahas secara mendalam yaitu, Penentuan Latar Cerpen, Penentuan Peran dan Hubungan Antar Peran, Permasalahan Cerpen Secara Normatif, Permasalahan Cerpen Secara Fiktif, Permasalahan Cerpen Secara Objektif, dan Interpretasi Data. Langsung saja simak bahasan di bawah ini! Selamat membaca!



PENENTUAN LATAR

Cerpen yang berjudul Cina Buta karya AA. Navis mengungkapkan kehidupan pada masyarakat modern zaman sekarang ini. Beberapa petunjuk dapat dilihat dari data-data yang ada di dalam cerpen, seperti kutipan di bawah ini.

“Tapi sekali, ketikamama cemburu lagi, karena papa berjalan seiring dengan seorang nona Belanda ketika pulang dari lapangan tenis, maka pertengkaran sampailah ke puncaknya”. 
“Dari perkenalan itu, aku menumpang tinggal di rumah orang tuanya”.
“Setelah dua tahun aku di sekolah menengah di Padang, sudah selama itu aku berkenalan dengan Nurna”.

Berdasarkan kutipan di atas kata-kata yang menujukkan indikasi pada zaman modern seperti saat sekarang ini adalah pada kata untuk sebutan kedua orang tua, yaitu mama papa, aku tinggal di rumah orangtuanya. Dari kata tersebut dapat diketahui secara langsung bahwa latar waktu terjadinya peristiwa ini pada zaman modern karena sebutan mama papa hanya populer pada zaman modern seperti saat sekarang ini. Tidak hanya itu, pada kata Aku tinggal di rumah orangtuanya juga bisa langsung disimpulkan bahwa latar waktunya pada zaman modern karena pada zaman modern seperti saat sekarang ini bahkan perempuan dan laki-laki tinggal berdua dengan status belum menikah tidak menjadi masalah. Jika peristiwa ini terjadi pada zaman dulu maka tokoh Aku tinggal dirumah Nurna sangat ditentang oleh masyarakat, tetapi cerita ini terjadi pada zaman modern. Oleh karena itu, tidak terjadi permasalahan dengan masyarakat dan keluarga jika tokoh Aku yang menjalin cinta dengan Nurna tinggal bersama dengan Nurna dan keluarganya di rumahnya. Dari kata Padang dapat disimpulkan bahwa latar tempat peristiwa ini terjadi adalah di Padang, yaitu ibukota Sumatera Barat.

Melalui latar tempat dan waktu dari cerpen ini dapat disimpulkan untuk sementara bahwa cerpen Cina Buta karya AA. Navis ini berbicara tentang nilai sosial budaya Minangkabau. Perilaku tokoh cerpen dan kaitannya dengan data-data realitas objektif harus diselidiki untuk mendapatkan data-data sebagai bukti selanjutnya.

PENENTUAN PERAN DAN HUBUNGAN ANTAR PERAN

Sosok pribadi dalam masyarakat Minangkabau tidak hanya memerankan satu peran dalam kehidupannya tetapi banyak peran. Sosok pribadi itu selalu memerankan peran ganda, misalnya seorang pemimpin, ia juga bisa sebagai ayah, suami, masyarakat, dan juga seorang anak. Karya sastra sebagai pencerminan tatanan kehidupan masyarakat akan mengetengahkan berbagai peran yang diperankan tokoh cerita. Tidak ada dalam karya fiksi seorang tokoh hanya memerankan satu peran saja. Pengarang akan memberikan berbagai peran terhadap tokoh-tokoh ceritanya. 

Dalam cerpen Cina Buta, seorang tokoh minimal memerankan dua peran. Tokoh Aku memerankan peran siswa, anak, pacar Nurna, orang yang tinggal menumpang di rumah Nurna, dan penolong. Nurna memainkan peran sebagai anak, kakak, pacar tokoh Aku, kemenakan, tuan rumah, dan siswa. Mama sebagai ibu, masyarakat, adik, dan istri. Papa sebagai ayah, suami, kepala keluarga, masyarakat. Mak Uning sebagai kakak, mamak, kepala keluarga, suami, ayah, dan masyarakat. Dengan demikian, sebuah peran dapat saja diperankan oleh beberapa tokoh sekaligus. Dalam hal ini penyelidikan permasalahan haruslah dilihat dari sudut peran dan bukan dari sudut tokoh. Permasalahan akan terlihat jika peran yang satu dihubungkan dengan peran yang lain. Beberapa peran yang diperankan oleh tokoh-tokoh cerita tersebut dapat dikelompokkan menjadi (a) mamak dan kemenakan, (b) suami dan istri, (c) kakak dan adik, (d) anak dan orang tua, (e) tuan rumah dan tamu, (f) kekasih perempuan dan kekasih laki-laki. 

Semua konflik di atas terdapat di dalam cerita. Topik mamak dan kemenakan hanya didukung oleh dua orang, yaitu antara Mak Uning dengan Nurna. Nurna marah kepada Mak Uning karena menjadikan pacarnya sebagi orang yang menikahi ibunya sebelum ayah nya kembali menikahi ibunya. Topik kedua adalah suami dan istri. Disini hanya terlibat dua tokoh saja, yaitu ibu Nurna dan Ayah Nurna. Topik ketiga antara kakak dan adik tidak terlalu menjadi permasalahan dalam cerita. Topik keempat yaitu antara anak dan orang tua melibatkan tiga tokoh yaitu antara Nurna, Ibu, dan Ayahnya. Nurna marah dan jengekel kepada orang tuanya yang selalu bertengkar setiap hari dan Nurna juga marah kepada Ibunya karena setuju untuk menikah dengan pacar nya agar bisa menikah kembali dengan ayahnya. Topik keenam tidak terlalu menjadi permasalahan di dalam cerita. Topik yang terakhir adalah kekasih perempuan dan kekasih laki-laki. Tokoh yang terlibat di topik ini ada lima tokoh, yaitu tokoh Nurna, Aku, Ibu, Ayah, dan Mak Uning. 

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama yang ada di dalam cerita ini adalah permasalahan antara peran kekasih perempuan dan kekasih laki-laki karena tokoh yang paling banyk terlibat itu terdapat pada topik kekasih perempuan dan kekasih laki-laki.

PERMASALAHAN CERPEN SECARA NORMATIF

Dalam sistem sosial budaya Minangkabau, kekasih perempuan dan kekasih laki-laki itu lazim disebut dengan istilah pacaran pada zaman modern seperti saat sekarang ini. Di dalam budaya Minangkabau persoalan ini tidak terlalu diatur di dalam adat istiadat. Apabila hubungan ini berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi seperti pernikahan, maka di dalam adat istiadat Minangkabau hal ini diatur dan harus ditaati, apabila tidak ditaati maka akan ada hukuman yang harus diterima oleh pasangan tersebut jika mereka melanggar. Jika hubungan mereka berlanjut ke pernikahan maka pasangan ini tidak boleh kawin sasuku. Suku mereka berdua haruslah berbeda. 

Permasalahan antara kekasih perempuan dan kekasih laki-laki ini melibatkan lima tokoh yaitu Ayah, Ibu, Mak Uning, Nurna, Aku. Dalam zaman modern seperti sekarang apabila kekasih perempuan dan kekasih laki-laki tinggal serumah dengan orang tua kekasih perempuan itu tidak terlalu menjadi masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, jika suami istri bertengkar dan sang suami menjatuhkan talak tiga kepada istrinya maka jika ingin rujuk kembali, sang istri harus menikah terlebih dulu dengan laki-laki lain dan diceraikan oleh laki-laki tersebut barulah menikah kembali dengan suaminya. Itulah yang terjadi kepada Nurna. 

Berdasarkan hal di atas tidak ada masalah yang terjadi karena memang itulah pengaturan nya secara normatif. Terjadi keharmonisan antar hubungan suami dan istri kembali tanpa mengganggu anak-anak dan kekasih anaknya.

PERMASALAHAN CERPEN SECARA FIKTIF

Dalam cerpen Cina Buto, tokoh Aku berperan sebagai pacar Nurna yang tinggal bersama Nurna di rumah orang tuanya Nurna. Ayah dan Ibu Nurna ini selalu bertengkar setiap hari karena Ibu Nurna memiliki sifat yang cemburuan, tidak percaya dengan Ayah Nurna, dan takut jika Ayah Nurna akan berselingkuh dengan wanita lain. Jika orang tua Nurrna bertengkar maka Nurna selalu bersembunyi di kamar tokoh Aku, seperti kutipan di bawah ini.

“Hanya satu hal yang senantiasa merisaukanku selama tinggal di rumah Nurna. Mama Nurna sering ribut dengan papanya. Selalu mama yang mulai dengan kecerewetan dengan kecemburuannya”.
“Ia datang menyembunyikan diri ke kamarku”.

Itulah setiap hari yang selalu terjadi di rumah itu. Untuk sesaat suasana yang ricuh tersebut tersebut telah reda. Keesokan harinya kembali lah keributan yang seperti biasa terjadi tetapi kali ini berbeda karena kali ini pertengkarannya sangat hebat dan sampai-sampai Ayah Nurna memukuli Ibu nya Nurna. Ayah Nurna juga pergi dari rumah. Tidak lama setelah itu, Ayah Nurna kembali dan melihat barang-barang Ayah Nurna telah dibakar oleh Ibunya Nurna. Kemarahan Ayah Nurna saat itu memuncak dan menjatuhkan talak tiga kepada Ibu Nurna. Tokoh Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat itu. Nurna pun menangis histeris dan mengejar papanya yang telah meninggalkan rumah. Selama sebulan suasana rumah itu menegangkan. Tokoh Aku ingin meolong tetapi tidak tahu bagaimana cara menolong agar keluarga Nurna utuh kembali. 

Setelah sebulan berlalu, Mak Uning datang untuk membantu Ayah dan Ibunya Nurna agar rujuk dan harmonis kembali. Ayah, Ibu dan Mak Uning berunding untuk mencari solusi agar mereka bisa rujuk kembali. Tokoh Aku ingin membantu dan ikut dalam perundingan tersebut. Kemudian Mak Uning datang kepada tokoh Aku dan mengajak tokoh Aku untuk berunding. Mak Uning meminta bantuan kepada tokoh Aku untuk menikahi ibunya Nurna tapi dengan syarat tidak boleh mengatakannya kepada Nurna. Tokoh Aku pun setuju untuk membantu, tetapi hati tokoh Aku juga sangat hancur karena ia menikah dengan Ibunya Nurna dan hubungan nya dengan Nurna tidak bisa dilanjutkan lagi. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, akhirnya Nurna mengetahui bahwa tokoh Aku harus menikahi Ibunya dan menceraikan ibunya agar Ibunya bisa menikah kembali dengan Ayahnya. Dengan begitu, hubungan Nurna dengan tokoh Aku pun tidak bisa dilanjutkan dan harus kandas di tengah jalan. Nurna marah besar dan hancur hatinya ketika mengetahui hubungannya dengan tokoh Aku harus kandas ditengah jalannya dan Nurna juga sangat marah terhadap kedua orangtuanya dan Mak Uning kenapa meyetujui hal ini. Seperti kutipan dibawah ini.

“Aku dengar tangisan Nurna dalam menempelaki mama”. 
“Papa dan mama setuju mencederai aku, asal mereka bisa rukun kembali, meski aku batal melanjutkan cinta dengan anaknya”.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara fiktif terdapat hubungan yang tidak harmonis antara kekasih perempuan dan kekasih laki-laki ini. Mereka terpaksa harus memutuskan hubungan mereka berdua karena tokoh Aku harus menikahi Ibunya Nurna agar Ibunya Nurna bisa kembali menikah dengan Ayahnya Nurna.

PERMASALAHAN CERPEN SECARA OBJEKTIF 

Untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat, perlu dilakukannya observasi lapangan. Observasi lapangan yang dilakukan tentu saja mengenai sosial budaya masyarakat Minangkabau. Secara umum, hal ini dapat diamati langsung bahwa hubungan antara kekasih perempuan dan kekasih laki-laki ini terjadi di kehidupan sehari-hari. Hubungan kekasih perempuan dan kekasih laki-laki ini memang banyak terjadi di kehidupan sehari-hari tetapi dengan permasalahan yang berbeda. Permasalahan kekasih perempuan dan kekasih laki-laki yang dilatarbelakangi oleh masalah Ibunya Nurna akan menikahi tokoh Aku jarang bahkan, hanya kadang-kadang terjadi di dalam kehdupan sehari-hari. Pasangan suami istri yang ingin rujuk maka sang istri harus menikah dengan orang lain, tetapi laki-laki yang dinikahi bukanlah pacar anaknya sendiri melainkan orang lain.

Seorang Ibu tidak akan mungkin menyakiti perasaan anaknya dengan menikahi pacar anaknya. Tetapi jika dilihat dari zaman modern seperti saat sekarang ini mungkin saja seorang Ibu menikah dengan pacar anaknya tetapi bukan didasari dengan keterpaksaan seperti masalah yang ada di dalam cerpen Cina Buta melainkan di dasari dengan cinta. Zaman sekarang ini norma-norma yang ada di masyarakat memanglah sudah mulai hilang dan sudah mulai dilupakan oleh sebagian orang sehingga mereka tidak malu apabila seorang Ibu menikah dengan kekasih anaknya sendiri. Hal ini juga bisa disebabkan oleh ekonomi yang mengharuskan seorang Ibu menikah dengan pacar anaknya sendiri. 

Berdasarkan data-data di atas didapat dari hasil pengamatan dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan bertanya kepada orang yang mengalami. Hubungan antar kekasih perempuan dan kekasih laki-laki ini banyak terjadi di kehidupan sehari-hari, tetapi jika masalah yang melatarbelakangi nya seperti di cerpen “Cina Buta” sangat sedikit terjadi di kehidupan sehari-hari. Hubungan ini tanpa kita sadari juga terjadi disekeliling kita. Banyak lagi hubungan yang terjalin tidak harmonis selain hubungan antara kekasih perempuan dan kekasih laki-laki.

INTERPRETASI DATA

Karya Sastra dapat dipandang sebagai jembatan antara dunia normatif dengan dunia objektif. Sebuah karya satra haruslah menggambarkan idealisme masyarakatnya dan menggambarkan realitas sosial masyarakatnya. Cerpen Cina Buta karya AA. Navis ini menggambarkan idealisme masyarakat dan juga mengandung realitas sosial masyarakat. Idealisme hubungan antara kekasih perempuan dengan kekasih laki-laki ini tidak terjalin dengan harmonis karena masalah yang melatarbelakanginya. Ibunya Nurna yang akan dinikahkan dengan tokoh Aku agar Ibunya Nurna bisa menikah kembali dengan Ayahnya Nurna. Di dalam kehidupan sehari-hari jika ada pasangan suami istri yang bertengkar lalu suami nya menjatuhkan talak tiga maka jika mereka ingin rujuk, sang istri harus menikah dengan laki-laki lain terlebih dahulu baru bisa menikah dengan suaminya kembali. Oleh karena itulah, ketidakharmonisan ini terjadi antara hubungan kekasih perempuan dengan kekasih laki-laki.

Permasalahan kekasih perempuan dan kekasih laki-laki ini berhubungan dengan realitas sosial masyarakat di kehidupan sehari-hari. Cerpen Cina Buta karya AA. Navis ini juga berhubungan dengan dunia idealisme masyarakat Minangkabau. Seorang istri yang bercerai dengan suaminya dan jika ingin rujuk kembali maka istri tersebut haruslah menikah terlebih dahulu dengan orang lain lalu bercerai dan barulah menikah kembali dengan suaminya. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai norma tetapi tidak sesuai ketika laki-laki yang akan menikahi istrinya itu adalah pacar dari anaknya sendiri. Seharusnya laki-laki lain yang akan menikahinya itu bukanlah pacar anaknya sendiri tetapi laki-laki lain seperti teman atau sahabatnya. Dengan cara seperti itu anaknya tidak akan tersakiti dan hubungan kekasih perempuan dengan kekasih laki-laki tetap harmonis.

SIMPULAN

Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan tingkat kerelevanan antara cerpen Cina Buta dengan realitas sosial budaya masyarakat Minangkabau cukup tinggi baik secara idealisme maupun secara realitas objektif. Simpulan ini mengarahkan kepada penilaian bahwa cerpen “Cina Buta” merupakan cerpen yang berhasil menggambarkan realitas sosial budaya masyarakat Minangkabau saat ini. Pengarang cerpen “Cina Buta” karya AA. Navis ini menunjukkan dan meyakinkan bahwa cerita ini berhubungan dengan realitas sosial masyarakat Minangkabau dan permasalahan di dalam cerpen ini juga memperlihatkan bagaimana masalah yang ada direalitas sosial masyarakat Minangkabau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar