Assalamualaikum rekan berbahasa! Pada kesempatan kali ini admin akan membahas tentang Analisis Sosiologis Cerpen KAWIN Karya AA Navis. Dalam artikel kali ini ada beberapa hal yang akan dibahas secara mendalam yaitu, Penentuan Latar Cerpen, Penentuan Peran dan Hubungan Antar Peran, Permasalahan Cerpen Secara Normatif, Permasalahan Cerpen Secara Subjektif, Permasalahan Cerpen Secara Objektif, dan Interpretasi Data. Langsung saja simak bahasan di bawah ini! Selamat membaca!
PENENTUAN LATAR
Cerpen AA Navis yang berjudul “Kawin” mengungkapkan kehidupan masyarakat Minangkabau pada dekade 90-an. Ada beberapa petunjuk dari data-data struktur cerpen ini tentang hal itu, seperti kutipan berikut :
“Bunuh diri karena masalah perkawinan bukan zamannya lagi. Zaman roman Balai Pustaka sudah lama berlalu. Terutama bagi orang seperti dia, aktivis kampus yang berdiri paling depan memperjuangkan kebenaran, keadilan, dan kebebasan”.
“Tapi kalian, orang muda zaman sekarang, yang modern tidak pernah ingat dan tidak pernah tahu bagaimana jadinya setiap kampung ditinggalkan penduduknya?”.
Kata-kata yang menunjukkan indikasi dekade 90-an adalah aktivis kampus dan modern sebab pada masa 70-an orang-orang belum mengenal dengan adanya nama aktivis kampus. Dengan penyebutan aktivis kampus dalam cerpen ini, terlihatlah bahwa pengarang ingin mengungkapkan suatu permasalahan masyarakat pada dekade 90-an.
Permasalahan masyarakat Minangkabau pada zaman sekarang juga dibatasi pengarang terhadap masyarakat Minangkabau perantauan. Indikasi itu terlihat dengan banyaknya masyarakat yang pergi merantau dari desanya ke kota, terutama ibu kota Jakarta. Dalam hal ini ibu kota Jakarta dilihat sebagai simbol perubahan sosial. Oleh sebab itu, permasalahan cerpen ini dapat saja berhubungan dengan pergeseran nilai-nilai sosial budaya masyarakat Minangkabau yang diamati atau dialami pengarang.
Melalui latar tempat dan waktu dalam cerpen ini dapat disimpulkan bahwa cerpen ini berbicara tentang perubahan nilai-nilai dan sistem sosial budaya Minangkabau. Di mana pada zaman sekarang banyak masyarakat yang tidak mengikuti ajaran adat, sehingga telah banyak terjadi perubahan nilai-nilai budaya pada zaman dahulu dengan zaman 90-an.
PENENTUAN PERAN DAN HUBUNGAN ANTAR PERAN
Sosok Ismet dalam masyarakat Minangkabau tidak hanya memerankan satu peran dalam kehidupannya. Sosok Ismet itu selalu memerankan peran ganda, misalnya di sampaing peran sebagai mahasiswa, bisa juga berperan sebagai anak, kemenakan, abang, dan kekasih. Karya sastra sebagai pencerminan tatanan kehidupan masyarakat, akan mengetengahkan berbagai peran yang diperankan tokoh cerita. Tidak ada dalam karya fiksi seorang tokoh cerita hanya memerankan satu peran saja. Pengarang akan memberikan berbagai peran terhadap tokoh-tokoh ceritanya.
Dalam cerpen ”AA Navis” seorang tokoh minimal meme-rankan dua peran. Iventarisasi peran tokoh-tokoh cerpen ”AA Navis” itu adalah sebagai berikut.
- Tokoh Ismet memerankan peran: anak, kemenakan, mahasiswa abang, dan kekasih.
- Tokoh Ibu memerankan peran: seorang ibu, janda, dan adik.
- Tokoh Datuak Bareno memerankan peran: mamak (mak adang), datuk (penghulu kaum), kakak, suami, ayah, dan orang kaya (orang berduit).
- Tokoh Hasni memerankan peran: Anak, dan adik sepupu.
- Tokoh Lely memerankan peran: Kekasih.
- Tokoh masyarakat.
Dengan demikian, sebuah peran dapat saja diperankan oleh beberapa tokoh sekaligus. Dalam hal penyelidikan perma-salahan haruslah dilihat dari sudut peran dan bukan dari sudut tokoh. Permasalahan akan terlihat, jika peran yang satu dihu-bungkan dengan peran yang lain.
Beberapa peran yang diperan-kan tokoh-tokoh cerita tersebut dapat dihubungkan atau dikelompokkan menjadi:
- Mamak dan kemenakan
- Anak dan orang tua (ayah dan ibu)
- Abang dan adik (sepupu)
- Kekasih (laki-laki) dan kekasih (perempuan)
Pengelompokan hubungan peran-peran tersebut, sekaligus dapat dipandang sebagai topik-topik yang dibicarakan pengarang dalam karyanya. Topik-topik ini membantu peneliti untuk menelusuri lebih jauh permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam karya sastra. Berdasarkan data-data hubungan peran di atas, setidaknya sudah ada empat permasalahan yang disinggung pengarang dalam karyanya. Keempat permasalahan itu dapat dirumuskan melalui konflik-konflik tokoh yang memerankannya. Jika terdapat peran yang tidak didukung oleh konflik, maka hubungan peran itu tidak dapat dilanjutkan sebagai penanda adanya permasalahan.
Sebagai contoh adalah topik kekasih laki-laki (Ismet) dengan kekasih perempuan (Lely) yang tidak terdapat konflik antara kedua peran itu, begitu juga dengan tokoh Hasni yang tidak mempunyai konflik dengan Ismet (sepupu). Jadi tokoh Lely dan Hasni di dalam cerita hanya sebagai pemeran pembantu. Konflik batin hanya muncul pada tokoh ibu dan anak, dan juga pada tokoh mamak dan kemenakan.
Topik mamak dan kemenakan didukung oleh beberapa tokoh, seperti tokoh Datuak Bareno sebagai kakak di kampung, sebagai mak adang atau ninik mamak (penghulu) di desa. Ismet sebagai kemenakan dekat di desa, juga sebagai kemenakan jauh di kota. Tokoh Ibu sebagai adik, serta tokoh masyarakat desa sebagai kemenakan jauh Datuak Mareno.
Topik anak dan orang tua hanya didukung oleh dua orang tokoh, yaitu tokoh ibu sebagai orang tua dan tokoh Ismet sebagai anak.
Dari empat topik di atas, ternyata topik mamak dan kemenakan yang didukung banyak tokoh inilah terletak permasalahan utama cerpen yang berjudul “kawin”. Sedangkan topik-topik lain merupakan permasalahan penunjang, persen-tuhan tokoh-tokoh cerpen ini harus di tempatkan sebagai pendukung permasalahan hubungan mamak dan kemenakan.
PERMASALAHAN CERPEN SECARA NORMATIF
Dalam sistem sosial budaya Minangkabau, mamak adalah saudara laki-laki dari ibu. Dalam arti luas mamak adalah semua kaum lelaki, namun belun tentu semua laki-laki dikategorikan sabagai mamak. Mamak identik dengan kebenaran, karena seorang mamak harus berjalan lurus dan berkata benar (jujur).
Kemenakan adalah anak dari saudara perempuan, dalam arti luas kemenakan adalah semua anak dari saudara perempuan yang sepersukuan. Mamak adalah pemimpin terhadap kemenakan yang sepersukuan dengannya. Kepemimpinan dalam satu persukuan dipilih salah seorang mamak yang diangkat menjadi penghulu dengan gelar Datuk. Hubungan mamak dengan kemenakan sebagaimana tertuang dalam pepatah berikut ini.
Kaluak paku kacang balimbiang
Daun bakuang lenggang-lenggangkan
Anak dipangku kamanakan dibimbiang
Urang kampuang dipatenggangkan
Dari ketentuan itu jelaslah bahwa Mamak berkewajiban dalam membimbing kemenakan dalam bidang adat, bidang agama, dan bidang perilaku sehari-hari. Kalau kemenakan melakukan kesalahan, mamak akan ikut malu. Namun ada pula kemungkinan mamak tidak harus ditaati kemenakannya, bila mamak tersebut memimpin secara tidak bijaksana dan hanya mementingkan diri sendiri. Seorang mamak dapat ditegur ataupun disanggah, seperti pepatah berikut ini.
Raja adil, raja disembah
Raja alim, raja disanggah
Antara mamak dan kemenakan terdapat hubungan yang harmonis, saling memberi dan saling menerima, ada pembagian tugas dan tanggung jawab. Hal ini dengan jelas terungkap pada pepatah adat Minangkabau berikut.
Kapai tampek batanyo
Ka pulang tampek babarito
Kusuik nan kamanyalasaikan,
Karuah nan ka manjaniahkan.
Berdasarkan hal tersebut, mamak merupakan tempat mengadu bagi kemenakan maupun bagi kaumnya. Selain itu mamak juga bertugas untuk memberikan arahan kepada kemenakan, dan kemenakan harus melaksanakan semua arahan mamaknya. Mamaklah yang akan menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh kemenakannya.
Di dalam adat Minangkabau seorang lelaki selain sebagai seorang ayah dari anak-anaknya, dia juga sebagai seorang mamak dari kemenakan-nya, dan juga mamak di dalam kaumnya. Seorang lelaki Minangkabau harus memperhatikan dan membimbing anak dan kemenakannya, tanpa harus memihak pada anak saja atau kemenakan saja. Anak dan kemenakan bagi seorang lelaki Minangkabau ditempatkan dalam posisi yang sama, seperti pepatah adat mengatakan:
Anak dipangku, kemenakan dibimbing
Seorang mamak selain mengutamakan anaknya, dia juga harus memperhatikan kememnakannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka jelaslah bagaimana hubungan antara mamak dan kemenakan menurut sistem sosial budaya Minangkabau. Antara mamak dan kemenakan terdapat hubungan yang harmonis, tanpa harus merusak hubungan anak dan ayahnya.
PERMASALAHAN CERPEN SECARA SUBJEKTIF
Dalam cerpen yang berjudul ”Kawin” tokoh lelaki Minangkabau yang berperan sebagai mamak sekaligus ayah adalah Datuak Bareno. Ia berperan sebagai mamak dalam hubungannya dengan tokoh Ismet. Ia seorang ayah dalam hubungannya dengan tokoh Hasni. Pertemuan Datuak Bareno menghadirkan pertikaian hubungan mamak dan kemenakan.
Datuak Bareno merupakan orang berpangkat tinggi, kaya, dan juga memiliki berpiring-piring sawah di berbagai kampung. Sudah tabiat Datuak Bareno pantang dibantah. Semua orang segan dan hormat padanya karena ia pemurah untuk membantu dan punya kepedulian sosial yang tidak ada duanya di kampung mereka.
Sementara Ismet merupakan sosok pemuda Minang yang sedang menjalani kuliah di Jakarta. Ismet merupakan orang yang sangat emosional dan juga berkepala batu, seperti tertera dalam kutipan berikut.
“Ismet tidak peduli dengan kedatangan mamaknya itu. Malah kemarahannya ia tumpahkan kepadanya. Ia umpati sejadinya. Ia ingin reaksi keras agar terjadi pertengkaran. Tapi orang tua itu tidak bereaksi. Dibiarknnya Ismet melampiaskan nafsu amarahnya. Dan ketika ia telah kehabisan kata-kata, mulailah laki-laki tua itu berkata. Katanya “kalau kau mau berkepala batu terus, boleh saja”. Rencana perkawinan dibatalkan. Rasa pahit oleh ejekan orang banyak yang sudah terundang, aku pikul. Tapi aku peringatkan kau, mulai saat ini putuslah pertalian kita. Kau urus sendiri ibumu dan adik-adikmua yang empat orang itu”.
Setelah terjadi konflik dan permasalahan mengenai perjodohan tersebut akhirnya tokoh Ismet mendatangi mamaknya ke rumah dan menjelaskan bahwa dia tidak ingin dijodohkan apalagi dengan anak mamak-nya sendiri. Ismet bersikeras menantang perjodohan tersebut, namun tidak dihiraukan oleh mamaknya. Seperti terdapat pada kutipan berikut.
“Datuk itu tidak memberi kesempatan pada Ismet untuk berbicara. Ia mlenjutkan bicaranya, “ Kau kira aku jodohkan dengan Hasni karena aku ingin hasni memperoleh jodoh seorang sarjana. Tidak, Buyung. Sarjana bukan main banyaknya sekarang. Juga bukan karena aku telah mengeluarkan uang banyak untuk biaya kuliahmu, lalu aku ingin mengambil buahnya? Tidak, Buyung. Ikut membiayai kuliah atau membiayai adik-adikmu itu adalah kewajibanku. Kewajiban seorang mamak kepada kemenakannya, kewajiban laki-laki kepada saudara perempuannya yang menjanda ”.
Permasalahan atau konflik itu semangkin bertambah ketika Hasni anak dari mamaknya yang akan dijodohkan dengan dirinya berkata kepada Ismet, seperti kutipan berikut.
“Uda boleh tidak suka padaku dan mencaci-maki rencana perkawinan ini. Tapi aku tidak punya alasan untuk menentang kehendak ayah. Karena ayah telah banyak berbuat baik padaku”. Habis berkata itu, Hasni melangkah pergi dan meninggalkan Ismet tanpa pamit.
Setelah mendengar perkataan dari Hasni, Ismet langsung bungkam tanpa kata dan tidak tahu harus berbuat apalagi untuk menghentikan perjodohan yang tidak diinginkannya itu, seperti kutipan berikut.
“Di luar sadar, Ismet menuruni anak tangga rumah gadang itu. Dan setiap melangkah pulang ke rumah ibunya, kakinya seperti digayuti sipongang kata-kata Hasni yang terakhir. Uda boleh tidak suka padaku dan mencaci-maki rencana perkawinan ini. Tapi aku tidak punya alasan untuk menentang kehendak ayah. Karena ayah telah banyak berbuat baik padaku. Dan akhir kalimat yang mengiringinya berbunyi, Ayah telah banyak berbuat baik padaku.. Padaku. Padaku”.
Dari gambaran beberapa kutipan cerpen di atas, maka terlihatlah bagaimana pertikaian antara mamak dan kemenakan. Pertikaian yang berawal dari perjodohan antara anak dan kemenkannya.
PERMASALAHAN CERPEN SECARA ONJEKTIF
Untuk mendapatkan data-data yang objektif, perlu dilakukan observasi lapangan terhadap perilaku sosial anggota masyarakat Minangkabau tersebut. Situasi umum mengenai hubungan mamak dan kemenakan merupakan konflik dan pertikaian yang sering terjadi di dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Konflik ini berawal dari ketidak sepemikiran antara mamak dan kemenakan dan juga perjodohan yang dilakukan oleh mamak kepada kemenakannya tanpa ada persetujuan dari kemenaknnya sendiri.
Data-data tersebut didapatkan dari hasil observasi dalam kehidupan sosial bermasyarakat sehari-hari. Hal tersebut sudah banyak terjadi dalam kehidupan kita, dan bahkan ada diantara kita yang pernah mengalaminya sendiri. Penyebab terjadinya pertikaian antara mamak dan kemenakan seperti permasalahan di atas disebabkan oleh beberapa faktor, (1) mamak tidak pernah lagi memperhatikan kebutuhan material kemenakan (2) mamak selalu ingin memaksakan kehendak terhadap kemenakannya dan (3) mamak lebih mementingkan keluarganya, dan sepenuhnya perhatian mamak lebih tertuju kepada keluarganya sendiri.
INTERPRETASI DATA
Karya sastra merupakan suatu keindahan tanpa definisi yang jelas tentang keindahan itu sendiri. Sebuah karya sastra harus menggambarkan idealisme masyarakatnya sekaligus memperkenalkan realitas sosial masyarakatnya. Idealisme hubungan antara mamak dan kemenakan dalam cerpen “Kawin” ini mempunyai hubungan yang kurang baik. Hal ini tampak terlihat dari bagaimana tokoh Ismet selalu menentang perjodohan tersebut.
Cerpen “Kawin” mempunyai hubungan dengan dunia idealisme masyarakat Minangkabau. Mamak dijadikan pemimpin bagi kemenakan-kemenakannya, mamak tempat menggantungkan nasib, perkataan mamak harus dituruti bagi kemenakannya dan kemenakan tidak boleh membanta perkataan mamak. Sudah tabiat mamak pantang dibantah.
SIMPULAN
Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kerelevanan antara cerpen si Padang dengan realitas sosial budaya Minangkabau cukup tinggi, baik secara idealisme maupun secara objektif. Simpulan ini mengarahkan bahwa cerpen “Kawin” ini merupakan cerpen yang mengungkapkan realitas sosial budaya masyarakat Minangkabau saat ini. Yang dilakukan oleh Ali Akbar Navis (A.A. Navis) ini adalah meyakinkan dan menunjukkan bahwa cerita ini berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat saat sekarang ini. Kajian A.A. Navis mengenai cerpen “Kawin” ini dapat membuktikan bahwa ceeita yang ditulisnya ini dapat memperlihatkan masalah realitas sosial masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar