Assalamualaikum rekan berbahasa! Pada kesempatan kali ini admin akan membahas tentang Analisis Sosiologis Cerpen BERTANYA DOKTER DAN MAUT Karya AA Navis. Dalam artikel kali ini ada beberapa hal yang akan dibahas secara mendalam yaitu, Penentuan Latar Cerpen, Penentuan Peran dan Hubungan Antar Peran, Permasalahan Cerpen Secara Normatif, Permasalahan Cerpen Secara Fiktif, Permasalahan Cerpen Secara Objektif, dan Interpretasi Data. Langsung saja simak bahasan di bawah ini! Selamat membaca!
PENENTUAN LATAR
Cerpen "Dokter dan Maut" mengungkapkan kehidupan masyarakat pada dekade 60-an. Ada beberapa petunjuk dari data-data struktur cerpen ini tentang hal itu, seperti kutipan berikut.
"Orang itu karib bait terdekat dan jiran yang baik."
"Lagaknya seperti penagih rekening saja."
"Dan ketika tiba ditengah, ia berhenti. Dikeluarkannya potlotnya."
"Dua orang perempuan, ibu dan anak, sedang mempreteli perhiasan dalam kotak itu untuk dimasukkan ke dalam lilitan stagennya."
Kata-kata yang menunjukkan indikasi dekade 60-an itu adalah potlot dan stagen, sebab pada dekade 2000-an tidak dikenal lagi istilah potlot dan stagen. Potlot lebih dikenal dengan pensil pada saat sekarang ini yaitu alat yang diguanan seseorang untuk menulis maupun menggambar, yang terbuat dari kayu dan ujungnya dari grafit murni. Pada massa sekarang umumnya masyarakat Minagkabau tidak menggunakan stagen lagi karena sudah terdapat dompet, tas maupun saku di dalam baju maupun di dalam celana. Stagen digunakan sebagai tempat uang bagi masyarakat Minangkabau dan nantinya akan dililitkan dibagian kain, yang biasa digunakan perempuan Minang pada umumnya. Dengan menyebutkan potlot dan stagen dalam cerpen ini, terlihatlah pengarang ingin mengungkapkan suatu permasalahan masyarakat Minangkabau pada dekade 60-an.
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 31), selain latar waktu terdapat pula latar keadaan, suasana, dan tempat terjadinya peristiwa yang dipandang sebagai suatu unsur yang mengarahkan dan memperjelaskan permasalahan fiksi. Di dalam cerpen ini latar tersebut terdapat pada kutipan berikut.
"Dan kini orang ramai di kamar. Sedangkan yang terbaring itu adalah ia sendiri."
”Apa yang dikatakan sang maut dapat dilihat oleh dokter dengan begitu jelas. Orang-orang muda yang menjadi anak didiknya tengah melakukan operasi jantung."
"Di sebuah lapangan mereka melihat sekelompok anak-anak lagi bersuka ria. Di tengah kelompok itu, seorang tua sedang memaki-maki."
"Mereka kini memasuki kamar kerja dokter itu. Kamar kerja itu tak pernah dimasuki orang lain, selain istri dan anak-anaknya."
Melalui latar tempat dan waktu dalam cerpen ini dapat disimpulkan untuk sementara bahwa cerpen "Dokter dan Maut" berbicara tentang kehidupan seorang dokter dengan sang maut yang akan datang kepadanya. Perilaku tokoh cerpen dan kaitannya dengan data-data realitas objektif harus diselidiki untuk mendapatkan data-data sebagai bukti selanjutnya.
PENENTUAN PERAN DAN HUBUNGAN ANTAR PERAN
Dalam cerpen "Dokter dan Maut" seorang tokoh bisa memerankan dua peran sekaligus. Tokoh Dokter, misalnya yang memerankan peran sebagai seorang anak, ayah, suami, ipar, dan mamak. Demikian juga dengan tokoh lainnya seperti tokoh Maut yang juga memerankan peran sebagai tamu dan pasien. Tokoh Istri sang dokter yang juga memerankan peran sebagai ibu dan ipar.
Dengan demikian, sebuah peran dapat saja diperankan oleh beberapa tokoh sekaligus. Dalam hal penyelidikan permasalahan haruslah dilihat dari sudut peran dan bukan dari sudut tokoh. Permasalahan akan terlihat jika peran yang satu dihubungkan dengan peran yang lainnya. Beberapa peran yang diperankan tokoh-tokoh cerita tersebut dapat dihubungkan atau dikelompokkan menjadi delapan, yaitu (a) dokter dan pasien, (b) korban dan sipencuri, (c) senior dan junior, (d) saudara dengan saudara, (e) ipar dengan ipar, (f) ayah dengan anak, (g) ibu dengan anak, (h) majikan dengan pembantu, dan (i) mamak dan kemenakan.
Pengelompokan hubungan peran-peran tersebut sekaligus dapat dipandang sebagai topik-topik yang dibicarakan pengarang dalam karyanya. Topik-topik ini membantu penelitiaan untuk menelusuri lebih jauh permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam karya sastra. Berdasarkan data-data hubungan peran di atas, setidak-tidaknya sudah ada sembilan kandidiat permasalahan yang disinggung pengarang dalam karyanya. Dari sembilan kandidat permasalahan itu dapat dirumuskan melalui konflik-konflik tokoh yang memerankannya. Jika terdapat peran yang tidak didukung oleh konflik, hubungan peran itu tidak dapat dilanjutkan sebagai penandanya permasalahan.
Dari pengelompokan tersebut terdapat lah dokter dan pasien sebagai (topik a), korban dan sipencuri sebagai (topik b), saudara dengan saudara (topik d), dan ipar dengan ipar (topik e) sebagai penyumbang permasalahan cerpen. Sementara itu topik senior dan junior (topik c), ayah dengan anak (topik f), ibu dengan anak (topik g), majikan dengan pembantu (topik h), dan mamak dan kemenakan (topik i) tidak dapat dilanjutkan sebagai penyumbang permasalahan sebab topik-topik tersebut tidak didukung oleh konflik tokoh yang mendukung peran. Namun, topik tersebut dapat dipandang sebagai latar tokoh atau pendukung peran.
Topik dokter dan pasien (topik a) didukung oleh beberapa tokoh, seperti aku sebagai dokter yang sudah senior dan berpengalaman, dokter Banto sebagai teman dari si aku, Dokter muda sebagai anak didik dari tokoh aku, tokoh Maut sebagai pasien yang telah diselamatkan oleh tokoh aku, Seorang anak muda dan seorang gadis sebagai pasien yang pernah diselamatkan nyamawanya oleh si aku.
Topik korban dan si pencuri (topik b) hanya didukung oleh dua orang tokoh, yaitu tokoh dokter sebagai korban dari pencurian dan tokoh garong sebagai si pencuri. Sebaliknya tokoh istri dari garong tidak dapat dianggap sebagai mendukung topik ini sebab tokoh istri garong tidak mempunyai konflik langsung dengan si korban atau dokter tersebut.
Topik saudara dengan saudara (topik d) didukung oleh tiga orang lelaki yang telah dipercayai oleh tokoh aku untuk membagikan hasil tanah pertaniannya kepada lembaga-lembaga sosial dan tokoh dokter sebagai pemilik dari tanah pertanian tersebut. Sebaliknya tokoh notaris tidak dapat dianggap sebagai mendukung topik ini sebab tokoh notaris tidak memiliki pertalian darah dengan tokoh dokter, walaupun notaris tersebutlah yang telah mengurus surat-surat tanahnya.
Topik ipar dengan ipar (topik e) hanya didukung oleh dua orang tokoh, yaitu tokoh seorang laki-laki yang merupakan ipar dari tokoh dokter yang dipercaya sebagai pemimpin suatu lembaga yatim piatu yang paling banyak memperoleh bagi hasil dari tanah pertaniannya dan tokoh aku atau dokter yang berperan sebagai ipar dari laki-laki tersebut sekaligus pemilik lembaga yatim-piatu itu.
Dari empat topik yang di atas, ternyata topik dokter dan pasien (topik a) yang didukung banyak tokoh. Dengan demikian, pada topik hubungan dokter dan pasien inilah terletak permasalahan utama cerpen "Dokter dan Maut", sedangkan topik-topik lain merupakan permasalahan penunjang, persentuhan tokoh-tokoh cerpen ini harus di tempatkan sebagai pendukung hubungan dokter dan pasien.
PERMASALAHAN CERPEN SECARA NORMATIF
Dokter merupakan profesi mulia tetapi mempunyai konsekuensi besar dan tanggung jawab sangat besar pula bagi kesehatan dan kesembuhan masyarakat, menurut kamus besar bahasa indonesia secara implisit bahwasanya dokter adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya (dalam Mustajab). Dalam arti luas dokter merupakan seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontrak pertama pasien untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, golongan usia, dan jenis kelamin. Sedangkan pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter. Dalam arti luas pasien merupakan seseorang yang menerima perawatan medis atau seseorang yang menderita penyakit ataupun cidera dan memerlukan bantuan dokter untuk memulihkannya.
Dokter sangat berperan besar dalam dunia kesehatan. Begitupun pasien, jika tidak ada pasien pastinya tidak ada orang sakit yang datang berobat dan dokterpun tidak akan memiliki pekerjaan. Dokter akan berusaha semaksimal mungkin demi mengobati pasiennya. Dokter dengan pasien memiliki hubungan timbal balik. Demikian halnya manusia dengan kematian sangat erat hubungannya.
Walaupun dokter telah berperan besar dan sangat diperlukan dalam masyarakat, dokter juga pasti akan bertemu dengan ajalnya dan pada saat itu terjadi ia tidak akan bisa mengelaknya hanya karena ia sangat diperlukan bagi masyarakat banyak karena yang hidup pasti akan mati.
PERMASALAHAN CERPEN SECARA FIKTIF
Dalam cerpen "Dokter dan Maut" tokoh yang memerankan sebagai dokter senior yang telah menyelamatkan nyawa banyak orang karena hikmah dari kata-katanya adalah tokoh aku. Tokoh dokter merupakan orang yang bijaksana, yang telah biasa mengendalikan emosi dan menguasai keadaan. Terbukti bahwa hatinya tak bergetar lagi melihat manusia dalam sekarat atau melihat puncak kesediahan orang yang ditinggal mati oleh orang yang paling dicintainya. Etika kedokteran menyuruhnya harus mampu membujuk hati yang orang yang berduka dengan senyuman dan dengan pembicaraan yang lembut penuh rasa simpati. Hal itu telah dilakukan sang dokter berulang-ulang, bahkan hingga menjadi semacam perbuatan suatu mekanik yang bekerja secara otomatis.
Tetapi semenjak orang tua si dokter meninggal dunia, ia berubah menjadi manusia yang berbeda, mesin mekaniknya menjadi macet dan tidak terkendali. Ia berusaha untuk menjadi sosok yang bersungguh-sungguh dalam mengobati pasiennya, bukan hanya dari segi fisik saja namun batinnya juga. Seperti tertera dalam kutipan berikut.
"Akan tetapi ketika ia mencoba menyadarkan anak muda dengan kata-katanya yang lembut, akhirnya ia ingin hidup lagi. "
"Dan sejak itu, sampai gadis itu sembuh, ia sempatkan datang menjenguknya bila ia sedang beristirahat. Siang atau malam. Sampai gadis itu sehat dan pulih keinginan hidupnya serta menerima kehendak orang tuanya untuk menikah dengan laki-laki yang dicari untuknya.
Kedua pasiennya tersebut tidak jadi melanjutkan niatan untuk membunuh diri karena kata-kata lembut dari sang dokter. Lalu ada seorang pasien yang telah ia sembuhkan dari krisis hidup datang kepadanya, ia itu Maut. Dulu ia juga pernah menghadapi Maut, Maut tersebut bergantungan pada lubang pistol yang diacungkan oleh seorang pencuri. Tetapi, ia tidak gentar sedikitpun dengan kata-katanya ia berhasil mengusir Maut itu. Seperti tertara dalam kutipan berikut.
"Kini bilang saja, kau mau hartaku, bukan? itu kau boleh ambil. Akan kubuatkan surat keterangan bahwa harta itu kuberikan kepadamu. Sehingga kemana saja kau hendak menjualnya, kau tak dapat kesulitan kelak, tak usah merasa akan tertangkap. Setuju?
"Bukan aku takut mati. Masalahnya karena dunia masih memerlukan tenagaku. Dunia akan kehilangan besar bila aku mati sekarang. Dunia akan bersedih. Dunia akan meratap. Apakah Tuan tidak memikirkannya? Apakah Tuan tidak dapat menangguhkan kewajiban Tuan untuk beberapa waktu lagi? Jangan terlalu kaku dengan tugas Tuan. Bagiku tidak jadi soal aku mati sekarang. Yang kupikirkan manusia lainnya.”
Tokoh dokter tidak jadi meninggal pada saat itu dan kali ini pada saat Maut datang lagi kepadanya ia mencoba meyakinya Maut tersebut bahwasanya kedatangannya terlalu cepat karena ia masih diperlukan banyak orang. Dengan kepandainanya dalam berkata-kata sang dokter terus meyakinkan Maut dan bahkan mengungkit-ungkit bahwasanya ia pernah menolong Maut dari biji setan yang akan berakibat fatal jika biji itu sampai membesar dan tidak bisa dikeluarkan. Seperti tertara dalam kutipan berikut.
"Kalau Tuan tidak dapat mengurungkan maksud Tuan, aku hanya akan berkata: Itu terserah Tuan. Lakukanlah tugas Tuan sebagaimana mestinya. Seperti aku melakukan kewajiban menolong nyawa Tuan dari biji setan yang merah warnanya itu. Aku tak hendak kebaikan hati Tuan karena pertolonganku dulu itu."
Akan tetapi Maut justru bisa membalikkan kata-kata, ia berkata bahwasanya dokter itu begitu licik karena kepandaiannya dalam mengolah perkataan, dan dokter itu begitu tidak iklas dalam pertakaannya. Tetapi sang dokter terus meyakinkan Maut dan berkata bahwa pasti banyak orang yang bersedih saat ia meninggal nanti. Akan tetapi sang Maut tetap akan pendiriannya. Seperti tertara dalam kutipan berikut.
”Tuan tidak ikhlas mengatakan apa yang Tuan katakan. Tapi tidak menjadi soal," kata sang Maut seraya membuka tas yang sejak tadi ada dalam kapitannya.
"Aku terpikir sekarang, betapa sedihnya orang-orang yang kucintai ini nantinya. Liatlah, sekarang saja matanya sudah dibalut oleh tangis."
"Nanti Tuan liat sendiri apa yang Tuan Tinggalkan. Akan kutunjukan kepada Tuan semuanya. Maukah Tuan aku bawa sekarang?" tanya sang maut.
Dari gambaran beberapa kutiapan cerpen di atas, terlihat bahwa setinggi apapun pangkat kita dan sebesar apapun pengaruh kita di dunia, jika maut telah datang kita tidak akan bisa mengelaknya. Hubungan dokter dengan pasien dalam cerpen ini ibarat hidup dengan mati, dokter membutuhkan pasien agar memiliki pekerjaan, begitu sebaliknya pasien membutuhkan dokter agar penyakitnya cepat sembuh dan dapat terlihat pula adanya hubungan keterpaksaan dalam cerpen ini terlihat bahwa pasien dalam arti kata maut memerlukan arwah sang dokter agar pekerjaannya dapat terselesaikan sedangkan dokter terus meyakinkan maut bahwa ia belum bisa meninggalkan dunia sekarang karena ia masih dibutuhkan bagi masyarakat lainnya.
Dengan demikian, hubungan dokter dengan pasien pada cerpen "Dokter dan Maut" saling membutuhkan, dokter memerlukan pasien begitupun pasien memerlukan dokter atau istilah lainnya simbiosis mutualisme. Tetapi, dapat pula ditegaskan bahwa hubungan atas dasar keterpaksaan mendapat tempat yang dominan dalam cerpen ini.
PERMASALAHAN CERPEN SECARA OBJEKTIF
Untuk mendapatkan data-data yang objektif, perlu dilakukan observasi lapangan terhadap perilaku sosial anggota masyarakat Minangkabau tersebut. Situasi umum mengenai hubungan antara dokter dan pasien sampai saat ini cukup baik. Namun, terlihat pula adanya hubungan yang senjang antara dokter dengan pasien, dan lebih dominan dokter disini. Seorang pasien akan seratus persen percaya akan kesehatannya kepada sang dokter begitupun dokter akan berusaha pula demi kesehatan pasiennya dan jika memang tidak bisa dipaksakan lagi dokter pasti akan menyerah.
Hubungan kesenjangan tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor keadaan misalnya, seseorang yang sakitnya sudah parah kemungkinan untuk hidupnya akan kecil dibandingkan dengan yang sakitnya belum terlalu parah dan dokter berperan penting dalam keadaan ini karena semua yang hidup pasti akan mati.
Manusia dengan kematian memang sangat erat hubungannya. Misalkan seorang dokter yang telah berperan besar dan sangat diperlukan dalam masyarakat, dokter juga pasti akan bertemu dengan ajalnya, dan pada saat itu terjadi ia tidak akan bisa mengelaknya hanya karena ia sangat diperlukan bagi masyarakat banyak dan terdapat banyak cara seseorang bertemu dengan kematian tersebut.
Data-data tersebut didapatkan dari hasil observasi dalam kehidupan sosial bermasyarakat sehari-hari. Hal tersebut sudah banyak terjadi dalam kehidupan kita dan pada waktunya nanti kita juga akan mengalaminya. Sebesar apapun pengeruh seseorang dan setinggi apapun jabatanya, ia pasti akan bertemu dengan ajalnya. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan manusia bertemu dengan maut, yaitu (1) usia yang tidak muda lagi, (2) memiliki penyakit yang parah, dan (3) ajalnya memang sudah datang.
INTERPRETASI DATA
Karya sastra merupakan suatu keindahan tanpa definisi yang jelas tentang keindahan itu sendiri. Sebuah karya sastra harus menggambarkan idealisme masyarakatnya sekaligus memperkenalkan realitas sosial masyarakatnya. Idealisme hubungan antara dokter dan pasien dalam cerpen “Dokter dan Maut” ini mempunyai hubungan keterpaksaan salah satu pihak. Hal ini tampak terlihat dari bagaimana tokoh dokter yang selalu meyakinkan maut (mantan pasiennya) bahwa kedatangannya terlalu cepat. Tidak hanya itu, dengan kepandaiannya dalam berbicara membuat maut terpaku dan kagum.
Sang dokter yang saat itu merupakan dokter senior dan sudah berpengalaman di bidangnya merasa engan dan berat hatinya meninggalkan dunia ini. Ia merasa bahwa dunia akan bersedih dan rugi jika ia tidak ada nantinya. Orang-orang sepertinya sangat diperlukan bagi masyarakat lainnya. Jadi, ia memikirkan berbagai cara agar tidak terlalu cepat meninggal dunia.
Cerpen “Dokter dan Maut” mempunyai hubungan dengan dunia idealisme masyarakat Minangkabau. Dokter berperan penting dalam menjaga kesehatan pasiennya begitupun pasien yang memerlukan dokter untuk menyembuhkan penyakitnya. Namun, walaupun seorang dokter mengerti akan kesehatan dan selalu menerapkan kesehatan itu dalam hidupnya ia juga tidak akan terlepas dari maut.
SIMPULAN
Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kerelevanan antara cerpen “Dokter dan Maut” dengan realitas sosial budaya Minangkabau cukup tinggi, baik secara idealisme maupun secara objektif. Simpulan ini mengarahkan bahwa cerpen “Dokter dan Maut” ini merupakan cerpen yang mengungkapkan realitas sosial budaya masyarakat Minangkabau saat ini. Dalam hal ini A.A. Navis sebagai pengarang yang lahir dan dibesar di Minangkabau, telah mengemukakan realitas objektif yang menjadi bagian dari dilema masyarakat Minagkabau. Kajian A.A. Navis mengenai cerpen “Dokter dan Maut” ini dapat membuktikan bahwa cerita yang ditulisnya ini dapat memperlihatkan masalah realitas sosial masyarakat dan akan pernah terjadi pada setiap manusia. Alasannya cukup jelas bahwasanya cerpen ini berkaitan dengan realitas hidup masyarakat Minangkabau.
Terimakasih🙏
BalasHapus